Selasa, 20 Agustus 2019

LOCAL FOOD PART 2

- Kapurung 



Kappurung adalah salah satu makanan khas tradisional di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur) Makanan ini terbuat dari sagu atau tepung sagu. Di daerah Maluku dikenal dengan nama Papeda. Kappurung dimasak dengan campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran. Meski makanan tradisional, Kappurung mulai populer. Selain ditemukan di warung-warung khusus di Makassar juga telah masuk ke beberapa restoran, bersanding dengan makanan modern.Di daerah Luwu sendiri nama Kappurung' ini sering juga di sebut Pugalu atau Bugalu.
Konon Tekstur Kappurung yang kental dan lengket mampu merekatkan kembali hati manusia yang sedang patah dan hancur. Sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang sakit hati, karna diputus pacar, ditinggal pasangan, gagal move on. 
Source: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kapurung

-NASU CEMBA


Dinamakan Nasu Cemba karena daun cemba yang dicampurkan dalam kuliner ini. Biasanya, daun Cemba tumbuh liar di Kota Massenrempulu yang artinya pinggiran gunung.

Nasu Cemba ini bisa ditemui di rumah makan Ade yang berlokasi di Kompleks Pasar Cakke, Kecamatan Anggeraja. Berjarak kurang lebih 25 kilometer dari Kota Kabupaten Enrekang.
Haji Dahera, (60), pemilik warung Ade, menceritakan sejarah Nasu Cemba. Menurutnya, kuliner tersebut warisan nenek moyang. Di setiap acara apapun misalnya pernikahan atau syukuran, tidak afdol rasanya kalau tak ada sajian Nasu Cemba.

Bahan dasarnya adalah daging yang masih melekat di tulang iga sapi. Selain lebih mudah digigit, rasanya lebih enak dibandingkan tulang lainnya..
Selain daun-daun cemba, bumbu-bumbu lain yang digunakan seperti batang serei, merica atau lada, ketumbar, kunyit, bawang merah dan bawang putih, jahe, lengkuas dan batte kaluku atau kelapa sangrai. Semua bumbu dihaluskan dan ditumis kecuali batte kaluku, lengkuas, serei hanya dimemarkan.

Sementara itu daging iganya dimasak di atas panci besar ukuran 60 liter selama satu setengah jam untuk mencapai keempukan daging yang pas. Selanjutnya di tengah-tengah proses itu, semua bumbu tumis termasuk batang serei yang dimemarkan kemudian tambahkan garam dan penyedap rasa. Menyusul 2 kilogram batte kaluku atau parutan kelapa sangrainya bersama daun cemba sebanyak setengah kilogram. Beberapa menit setelah semua bumbu dan dagingnya menyatu, aroma sedap mulai menyeruak dan anda pasti tidak sabar untuk segera mencicipinya. Biasanya, sehari 150 porsi Nasu Cemba disediakan.

"Daun cembanya itu yang membuat rasa asem-asemnya, batte kalukunya yang membuat rasa-rasa garing di lidah," kata Haji Dahera.
Ade Irawati, putri sulung Haji Dahera yang membantu pengelolaan warung ayahnya bersama empat karyawan itu menambahkan, teman dari nasu cemba ini adalah sambel ijo. Sambel ijo ini dari cabe rawit hijau, yang masih muda dihaluskan dan ditumis tampa tambahan garam dan penyedap rasa.
Haji Dahera sudah merintis warungnya bersama almarhumah istrinya, Hajjah Herniati sejak tahun 1980-an lalu dan bertahan hingga kini. Warung buka mulai pukul 06.00 wita dan tutup pukul 00.00 wita malam. Tapi kalau masih ada yang mengetuk warung hendak nikmati nasu cemba melewati waktu itu, kata Haji Dahera, tetap akan dilayani karena Haji Dahera tidur di warung miliknya itu.
"Per porsi nasu cemba itu isi satu daging tulang iga dinikmati bersama nasi putih harganya Rp 30 ribu," tutur Haji Dahera yang masih terlihat kuat meski usia sudah tergolong sepuh ini.

Course: https://m.merdeka.com/peristiwa/sedapnya-nasu-cemba-khas-enrekang-perpaduan-asam-gurih-yang-bikin-nagih.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAILY REPORT 14-11-2019

14-11-2019 LAST DAY PRACTICE ( A LA CARTE 2) Hello guys welcome back to my blog, today i am back to tell you what we are doing in kit...