31/01/2019
Kappurung adalah salah satu makanan khas tradisional di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur) Makanan ini terbuat dari sagu atau tepung sagu. Di daerah Maluku dikenal dengan nama Papeda. Kappurung dimasak dengan campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran. Meski makanan tradisional, Kappurung mulai populer. Selain ditemukan di warung-warung khusus di Makassar juga telah masuk ke beberapa restoran, bersanding dengan makanan modern.Di daerah Luwu sendiri nama Kappurung' ini sering juga di sebut Pugalu atau Bugalu.
Konon Tekstur Kappurung yang kental dan lengket mampu merekatkan kembali hati manusia yang sedang patah dan hancur. Sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang sakit hati, karna diputus pacar, ditinggal pasangan, gagal move on.
Source: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kapurung
- Bakso
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa-Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari istilah 'bakso' berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging giling'. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halalseperti daging sapi, ikan, atau ayam. Kini, kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat bakso adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang. Bakso Malang dan bakso Solo adalah masakan bakso dan disajikan dengan khas Jawa. Bakso berasal dari Tiongkok tetapi berbeda dengan bakso Malang dan Solo. Bakso Tiongkok biasanya terbuat dari babi atau makanan laut dan warnanya agak kecoklatan serta bentuknya tidak bulat sekali. Sedangkan bakso Malang dan Solo terbuat dari daging sapi, berwarna abu-abu dan bentuknya bulat sekali. Bakso Tiongkok biasanya tidak disajikan dengan kuah melimpah berbeda dengan bakso Malang dan Solo yang disajikan dengan kuah melimpah.
Bakso Solo merupakan usaha turun temurun dari Bakso Wonogiri, karena banyak anak cucu yang menetap dan membuka usaha bakso di Kota Solo dan sekitarnya, terutama daerah perkotaan yang letaknya begitu strategis di pinggir jalan raya.
Source:https://en.m.wikipedia.org/wiki/Bakso
- Tahu
Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok, seperti halnya kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Nama "tahu" merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆, hanyu pinyin: doufu), yang secara harfiah berarti "kedelai terfermentasi". Tahu telah dikenal di Tiongkok sejak zaman dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah LiuAn (Hanzi: 劉安) yang merupakan seorang bangsawan, cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan dinasti Han.
Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tahu sutra(絹漉し豆腐, kinugoshi tōfu). Tahu sutra lebih lunak dan kurang tahan terhadap pengolahan lebih lanjut, sehingga biasanya dikonsumsi mentah. Tahu secara umum dibawa para perantau Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.
Source: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahu
- Tempe
sejarah tempe tak bisa lepas dari bahan bakunya, kedelai. Menurut pakar tempe dari Universitas Gajah Mada, Mary Astuti dalam Bunga Rampai Tempe Indonesia, kata kedelai yang ditulis kadele dalam bahasa Jawa ditemukan dalam Serat Sri Tanjung (abad ke-12 atau 13). Selain dalam serat legenda kota Banyuwangi itu, kata kedelai juga dijumpai dalam Serat Centhini, yang ditulis oleh juru tulis keraton Surakarta, R Ng Ronggo Sutrasno pada 1814.
Pada jilid kedua Serat Centhinidigambarkan perjalanan Cebolang dari Purbalingga menuju Mataram, kemudian singgah di rumah Ki Amongtrustha, yang menjamu makan malam dengan lauk bubuk dhele. Di Mataram, Cebolang diberitahu bahwa sesaji dalam kacar-kucur, yakni upacara persiapan menikahkan anak, terdapat kacang kawak (lama) dan kedelai kawak, beras kuning, bunga, dan uang logam.
Menurut naturalis Jerman, Rumphius, tanaman kedelai (de cadelie plant) dalam bahasa latin disebut phaseolus niger, kadele (Jawa), zwartee boontjes (Belanda), dan authau (Tiongkok). Hasil amatan Rumphius, orang Tionghoa tidak mengolah kedelai menjadi tempe. Tapi, mengolah biji kedelai hitam tersebut menjadi tepung, sebagai bahan tahu, dan laxa atau tautsjian, mie berbentuk pipih. Karena kacang dalam bahasa Tiongkok disebut duo (tao)/to, produk olahannya dinamai dengan awalan tau: tauchu(taoco), tau-hu (tahu), touya (toge), touzi(tauci), dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian genetik, kedelai berasal dari Tiongkok, meski tidak ada keterangan apakah jenisnya kedelai hitam atau kuning. Menurut sejarawan Ong Hok Ham dalam “Tempe Sumbangan Jawa untuk Dunia,” Kompas, 1 Januari 2000, kacang kedelai sudah sejak 5.000 tahun lalu dikenal di Tiongkok.
Namun, Mary Astuti mempertanyakannya: jika berasal dari Tiongkok mengapa kedelai tidak pernah disebutkan dalam jenis-jenis komoditas yang diperdagangkan di Jawa. Musafir Tiongkok, Ma Huan yang mengunjungi Majapahit sekira abad ke-13, mencatat bahwa di Majapahit terdapat koro podang berwarna kuning, tanpa menjelaskan kegunaan kacang tersebut. Dia tidak membandikan kacang itu dengan kacang yang ada di negerinya, seperti halnya membandingkan suhu udara di Majapahit dengan di Tiongkok. Ini menunjukkan, kacang yang ditemui Ma Huan belum ada di negerinya.
“Diduga bahwa kedelai hitam sudah ditanam di Jawa sebelum China datang ke Tanah Jawa,” tulis Astuti. “Menurut anggapan orang Jawa zaman dulu kata dele berarti hitam. Ada kemungkinan kedelai hitam sudah ada di tanah Jawa sebelum orang Hindu datang dan kemungkinan dibawa orang Tamil.”
Penemuan tempe berhubungan erat dengan produksi tahu di Jawa, karena keduanya dibuat dari kacang kedelai. Tahu sendiri dibawa oleh orang Tiongkok ke Jawa, yang mungkin sudah ada sejak abad ke-l7. “Bukan hanya bahannya yang sama, akan tetapi mungkin juga secara langsung penemuan tempe berkaitan dengan produksi tahu,” tulis Ong.
“Tempe muncul dari kedelai buangan pabrik tahu yang kemudian dihinggapi kapang. Kemudian jadi tempe kedelai,” kata wartawan spesialis sejarah pangan, Andreas Maryoto. “Ini saya kaitkan karena tempe yang lain berasal dari limbah: tempe gembus dari limbah kacang, tempe bongkrek dari limbah kelapa. Bila kemudian tempe kedelai dari kedelai bukan limbah, mungkin itu upgrade saja,” sambungnya.
Ong kemudian mengaitkan perkembangan tempe dengan kepadatan penduduk, baik di Tiongkok maupun di Jawa. Kepadatan penduduk sejak berabad-abad telah mempengaruhi seni masak Tiongkok. Akibat kepadatan penduduk terjadi persaingan ruang antara manusia dan hewan yang memerlukan ladang-ladang rumput luas bagi hidupnya. Akibatnya, seni masak Tiongkok berkisar pada hewan peliharaan rumah seperti babi, ayam, bebek, dan sebagainya.
Keadaan itu tidak jauh berbeda dengan Jawa. Pekarangan menyediakan bahan baku makanan seperti ayam, kambing, sayur-sayuran, pohon kelapa, dan lain-lain. “Baru dalam abad ke-l9, menu hewani akhirnya berubah menjadi tempe. Ini akibat kenaikan jumlah penduduk yang amat tinggi pada abad ke-19, sehingga Pulau Jawa menjadi wilayah pertama yang sangat padat di Asia Tenggara,” tulis Ong.
Di sisi lain, lanjut Ong, meluasnya perkebunan kolonial membuat wilayah hutan menciut dan membuat para petani sebagai kulinya, mengurangi berburu, beternak maupun memancing. Dampaknya, menu makanan orang Jawa yang tanpa daging. Tanam paksa makin membuat bahan makanan seperti tempe menjadi sangat vital sebagai penyelamat kesehatan penduduk.
“Bisa dikatakan,” tulis Ong, “penemuan tempe adalah sumbangan Jawa pada seni masak dunia. Sayangnya, seperti halnya banyak penemuan makanan sebelum zaman paten, maka penemu tempe pun anonim,” lanjutnya.
Ditilik dari muasal katanya, menurut Astuti, tempe bukan berasal dari bahasa Tiongkok, tapi bahasa Jawa kuno, yakni tumpi, makanan berwarna putih yang dibuat dari tepung sagu, dan tempe berwarna putih. Kata tempe juga ditemukan dalam Serat Centhini jilid ketiga, yang menggambarkan perjalanan Cebolang dari candi Prambanan menuju Pajang, mampir di dusun Tembayat wilayah Kabupaten Klaten dan dijamu makan siang oleh Pangeran Bayat dengan lauk seadanya: “…brambang jae santen tempe … asem sambel lethokan …” sambel lethok dibuat dengan bahan dasar tempe yang telah mengalami fermentasi lanjut. Pada jilid 12 kedelai dan tempe disebut bersamaan: “…kadhele tempe srundengan…”
“Tempe berasal dari kata Nusantara tape, yang mengandung arti fermentasi, dan wadah besar tempat produk fermentasi disebut tempayan,” tulis Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia.
Menurut Ong, dalam Encyclopaedia van Nederlandsch Indie (1922), tempe disebut sebagai “kue” yang terbuat dari kacang kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk′s voedsel).
Disebut makanan kerakyatan, kata Maryoto, karena tempe diciptakan oleh rakyat, bukan istana. “Karena itu, muncul istilah ‘bangsa tempe’, sebagai bentuk stigmatisasi dari kalangan priyayi,” ujar Maryoto. “Sekarang tempe tidak lagi sebagai makanan rakyat,” Maryoto menambahkan. “Pamor tempe semakin terangkat ketika gairah kuliner meningkat, sehingga tempe manjadi makanan kita semua.”
Source: https://historia.id/kultur/articles/sejarah-tempe-vX7XD
- Gado-gado
Gado-gado sudah menjadi makanan yang umum kita jumpai. Ada juga sebagian orang yang sering makan gado-gado karena memang rumahnya dekat dengan penjual gado-gado. Makanan yang penuh dengan sayuran dan bumbu kacang ini merupakan makanan asli Indonesia. Namun tahukah kamu dari mana asal makanan gado-gado ini? Berikut ini sejarah gado-gado seperti dilansir jadiBerita dari berbagai sumber.
Pada dasarnya tak ada yang tahu pasti mengenai asal-mausal makanan ini. Bahkan nama gado-gado sendiri tak diketahui dari bahasa apa. Kata gado-gado juga tak ditemukan di kamus Bahasa Indonesia maupun Betawi.
Namun beberapa memperkirakan, nama gado-gado berasal dari kata digado yang merupakan istilah makanan yang tak dimakan bersama nasi. Contohnya seperti makan ayam tanpa nasi, maka istilahnya gado ayam.
Asal nama gado-gado tersebut cukup masuk akal, mengingat gado-gado sendiri memang dikonsumsi tanpa nasi. Pasalnya, karbohidrat dari nasi digantikan oleh lontong dalam gado-gado.
Beberapa pihak menganggap gado-gado merupakan sajian khas Betawi. Alasannya adalah sekitar 1940-1950an ada lagu yang sangat populer berjudul “Gado-Gado Betawi” yang dipopulerkan oleh Ivo Nilakreshna.
Selain lagu, penelusuran sejarah gado-gado juga bisa ditemaui dari awal dekade 1980-an dalam sebuah acara hiburan radio. Radio Republik Indonesia atau RRI saat itu memiliki acara yang menghadirkan celetukan-celetukan dari Bang Mamad, seorang tukang sado (delman) dan Mpok Atik, seorang tukang gado-gado. Mereka berdialog dengan mengunakan Bahasa Betawi medok. Dari acara inilah, gado-gado diyakini sebagai makanan khas Betawi.
Versi lain menyebutkan, gado-gado merupakan peranakan Tionghoa dari pecel Jawa yang sangat disukai oleh Belanda saat itu.
Dari berbagai penalaran tersebut, disimpulkan bahwa gado-gado telah lahir sejak awal abad 20-an dan Jakarta adalah tempat kelahirannya. (tom).
Source: http://jadiberita.com/101483/mana-asal-usul-gado-gado.html
- Sup kondro
Salah satu kuliner khas Kota Makassar Sop Konro memiliki cerita sejarah tersendiri. Terkait kuliner tersebut, berikut Dinas Pariwisata Makassar berbagi cerita sejarah tersebut.
Begini ceritanya! Kabid Destinasi Pariwisata Makassar Andi Karunrung mengatakan sejak dulu,Sejak dulu sop konro merupakan hidangan wajib warga saat ada hajatan, baik pernikahan, dan khitanan, atau pesta adat, hal itu diungkapkan oleh Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Makassar Andi Karunrung.
Andi Karunrung melanjutkan, dimana ada ritual, warga memotong kerbau yang kemudian mengambil bagian tulangnya lalu dimasak dengan bumbu yang sederhana atau biasa disebut dengan pallu konro atau pallu buku (buku = tulang).
Proses pembuatan kuah pallu konro yang khas terletak pada kacang merah (campe’) yang dimasak hingga lunak lalu dihaluskan kemudian dicampurkan ke dalam kuah.
Bahan inilah yang membuat kuah pallu konro menjadi agak kental dan khas. Selain campe’, penambahan ketumbar memperkuat rasa dan keluak yang bertujuan memberikan warna pada kuah pallu konro yang diadopsi dari bumbu masakan pallu kaloa’.
Bedanya, pada pallu kaloa’ tidak menggunakan kayu manis, cengkeh, dan adas.
Proses memasak konro dilakukan dengan cermat. Pertama air di didihkan, lalu tulang konro dimasukkan hingga mendidih kembali kemudian air ini dibuang seluruhnya.
Sementara itu, di panci yang lain telah dididihkan pula air dan inilah yang akan digunakan untuk seterusnya memasak tulang konro bersama dengan bumbu-bumbunya.
"Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan tulang dari sisa-sisa kotoran pada saat pemotongan, menghilangkan lemak, dan menghilangkan bau amis," ujarnya.
Daging sapi populer di Makassar awal tahun 90-an. Dulunya, masyarakat Makassar lebih mengenal daging kerbau dalam membuat makanan berkuah yang berbahan dasar daging seperti coto dan pallubasa.
Namun, dengan populasi kerbau yang sulit menyebabkan harga lebih mahal sehingga pedagang beralih ke daging sapi yang populasinya lebih banyak sehingga mudah didapatkan dan harga lebih terjangkau.
Source: https://makassar-tribunnews-com.cdn.ampproject.org/v/makassar.tribunnews.com/amp/2017/10/10/cerita-sejarah-masakan-sop-konro-menurut-dinas-pariwisata-makassar?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCCAE%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=From%20%251%24s&share=http%3A%2F%2Fmakassar.tribunnews.com%2F2017%2F10%2F10%2Fcerita-sejarah-masakan-sop-konro-menurut-dinas-pariwisata-makassar
- Spaghetti
(nama resmi: Spaghetti ; pengucapan bahasa Italia: [spaˈɡetti]) adalah salah satu jenis pasta yang berbentuk panjang, tipis, silindris, dan padat, yang jika diperhatikan menyerupai mie pada umumnya[1]. Ini adalah makanan pokok dalam masakan Italiatradisional. Karena berbentuk seperti mie, kebanyakan orang menyebutnya mie dari Italia meskipun banyak varian pasta lainnya yang berbentuk seperti mie. Seperti pasta pada umumnya, spageti terbuat dari gandum giling dan air. Spageti Italia terbuat dari semolina gandum durum, tetapi di tempat lain bisa dibuat dengan tepung jenis lain.
Awalnya ukuran spageti sangat panjang, tetapi kemudian yang berukuran lebih pendek semakin populer selama paruh kedua abad ke-20 dan sekarang spageti paling banyak tersedia dalam ukuran panjang 25–30 cm (10–12 in). Beberapa varian hidangan pasta berasal dari pasta jenis ini sebagai dasar.
Catatan tertulis pertama mengenai pasta berasal dari Talmud pada abad ke 5 Masehi dan mengacu pada pasta kering yang bisa dimasak melalui perebusan[3], yang mudah dibawa[4]. Beberapa sejarawan berpikir bahwa Bangsa Berber mengenalkan pasta ke Eropaselama penaklukan Sisilia. Di Barat, ini mungkin pertama kali dibuat dalam bentuk yang panjang dan tipis di Sisilia sekitar abad ke-12, seperti yang dilaporkan oleh Tabula Rogeriana dari Muhammad al-Idrisi, melaporkan beberapa tradisi tentang kerajaan Sisilia[5].
Popularitas spageti menyebar ke seluruh Italiasetelah pendirian pabrik spageti pertama pada abad ke-19, memungkinkan produksi massal spageti untuk pasar Italia[6].
Di Amerika Serikat sekitar akhir abad ke-19, spageti ditawarkan di restoran seperti Spaghetti Italienne(yang kemungkinan terdiri dari mie yang dimasak hingga al dente, dan saus tomat ringan yang dibumbui dengan bumbu dan sayuran yang mudah ditemukan seperti cengkeh, daun salam, dan bawang putih) dan baru beberapa dasawarsa kemudian disiapkan dengan oregano atau basil.
Source:https://en.m.wikipedia.org/wiki/Spaghetti
- Sate
Sate telah menjadi makanan yang populer secara luas di berbagai belahan dunia, hal ini menjadikan orang tertarik untuk mengetahui asal mula hidangan populer ini:
"Meskipun Thailand dan Malaysia menganggap hidangan ini adalah milik mereka, tanah air sate yang sesungguhnya di Asia Tenggara adalah Jawa, Indonesia. Di sini sate dikembangkan dari adaptasi kebab India yang dibawa oleh pedagang muslim ke Jawa. Bahkan India tak dapat mengakui sebagai asal mulanya karena hidangan ini merupakan pengaruh Timur Tengah."— Jennifer Brennan (1988).[4]
Kata "sate" atau "satai" diduga berasal dari bahasa Tamil.[5]Diduga sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal abad ke-19, berdasarkan fakta bahwa sate mulai populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab dan pendatang Muslim Tamil dan Gujarat dari India ke Indonesia. Hal ini pula yang menjadi alasan populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan sate yang disukai oleh warga keturunan Arab. Dalam tradisi Muslim Indonesia, hari raya Idul Adha atau hari raya kurban adalah peristiwa istimewa. Pada hari raya kurban ini daging kurban berlimpah dan dibagikan kepada kaum dhuafa dan miskin. Kebanyakan merayakannya dengan bersama-sama memanggang sate daging kambing, domba, atau sapi.
Teori lain mengusulkan bahwa asal kata sate berasal dari istilah Minnan-Tionghoa sa tae bak (三疊肉) yang berarti tiga potong daging.[butuh rujukan] Akan tetapi teori ini diragukan karena secara tradisional sate terdiri atas empat potong daging, bukan tiga. Dan angka empat dianggap bukan angka yang membawa keberuntungan dalam kebudayaan Tionghoa. Warga Tionghoa Indonesiajuga mengadopsi dan mengembangkan sate sesuai selera mereka, yaitu sate babi yang disajikan dengan saus nanas atau kecap yang manis dengan tambahan bumbu-bumbu Tionghoa, sehingga sate Tionghoa memiliki cita rasa seperti hidangan daging panggang khas Tionghoa.
Dari Jawa, sate menyebar ke seluruh kepulauan Nusantara yang menghasilkan beraneka ragam variasi sate. Pada akhir abad ke-19, sate telah menyeberangi selat Malaka menuju Malaysia, Singapura, dan Thailand, dibawa oleh perantau Jawa dan Madura yang mulai berdagang sate di negeri jiran tersebut. Pada abad ke-19 istilah sate berpindah bersamaan dengan perpindahan pendatang Melayu dari Hindia Belanda menuju Afrika Selatan, di sana sate dikenal sebagai sosatie. Orang Belanda juga membawa hidangan ini—dan banyak hidangan khas Indonesia lainnya—ke negeri Belanda, hingga kini seni memasak Indonesia juga memberi pengaruh kepada seni memasak Belanda .[6] Sate ayam atau sate babi adalah salah satu lauk-pauk yang disajikan dalam hidangan Rijsttafel di Belanda.
Source: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sate
- Sandwich
Sanwich atau roti lapis adalah makanan berupa dua potong roti yang menjepit daging, sayuran, keju atau berbagai teman makan roti dan biasanya diberi bumbu atau saus sehingga rasanya menjadi lebih enak. Berbagai jenis roti bisa digunakan untuk sandwich dan bergantung pada isi, permukaan roti biasanya dioles sedikit mayones, mentega, margarin atau minyak zaitun yang berfungsi sebagai perekat dan penambah aroma.
Kata sandwich sendiri mulai populer sekitar tahun 1762, berawal dari ‘London’s Beef Steak Club‘, tempat bermain kartu para bangsawan Inggris. [Sebelumnya jenis makanan ini sudah tercatat sejak abad pertama sebelum masehi, dan berkembang sampai ke abad pertengahan.]
Sandwich diambil dari nama Earl of Sandwich IV, seorang aristokrat Inggris abad ke-18 yang merupakan pemain kartu kelas berat. Earl of Sandwich IV ingin terus bermain kartu tanpa harus berhenti untuk makan, dan makanan kegemarannya adalah daging yang dijepit oleh dua potong roti sehingga bisa dimakan dengan sebelah tangan sambil bermain kartu. Teman-teman bermainnya sering memesan makanan yang sama dengan mengatakan “the same as Sandwich!” [maksudnya : pesan makanan yang sama seperti yang dipesan Mr.Sandwich.] Dipercaya dari situlah makanan ini kemudian populer dengan nama ‘Sandwich‘
Earl of Sandwich IV berasal dari kota Sandwich di Inggris. Dalam bahasa Inggris kuno, Sandwic berarti “tempat berpasir.”Pada tahun yang sama, 24 November 1762, kata ‘sandwich’ kemudian muncul dalam jurnal Edward Gibbons [1737-1794], seorang terpelajar, penulis dan sejarawan Inggris.
Nama sandwich bergantung pada isi yang dijepit oleh potongan roti, sehingga ada egg sandwich (sandwich isi selada telur), peanut butter and jelly sandwich (sandwich isi selai kacang dan jelly), bacon and cheese sandwich (sandwich isi bacon dan keju), dan BLT sandwich (sandwich isi bacon, lettuce dan tomat). Sandwich biasanya merupakan makanan dingin walaupun ada juga sandwich yang dinikmati hangat-hangat seperti grilled cheese (roti bakar isi keju).
Di Skandinavia ada makanan yang disebut “open sandwich” yang hanya menggunakan sepotong roti. Daging, ikan, atau keju diletakkan begitu saja di atas sepotong roti. Model sandwich dengan sepotong roti juga dikenal di Rusia sebagai buterbrod.
Source:https://123456asa-wordpress-com.cdn.ampproject.org/v/s/123456asa.wordpress.com/2010/08/23/sejarah-sandwich/amp/?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCCAE%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=From%20%251%24s&share=https%3A%2F%2F123456asa.wordpress.com%2F2010%2F08%2F23%2Fsejarah-sandwich%2F
- Nasi goreng
Nasi goreng adalah sebuah makanan berupa nasi yang digoreng dan diaduk dalam minyak goreng atau margarin, biasanya ditambah kecap manis, bawang merah, bawang putih, asam jawa, lada dan bumbu-bumbu lainnya, seperti telur, ayam, dan kerupuk. Ada pula nasi goreng jenis lain yang dibuat bersama ikan asin yang juga populer di seluruh Indonesia.
Nasi goreng juga dikenal sebagai masakan nasionalIndonesia.[1] Dari sekian banyak hidangan dalam khazanah Masakan Indonesia, hanya sedikit yang dapat dianggap sebagai makanan nasional sejati. Masakan nasional Indonesia ini tidak mengenal batasan kelas sosial. Nasi goreng dapat dinikmati secara sederhana di warung tepi jalan, gerobak penjaja keliling, hingga restoran dan meja prasmanan dalam pesta.[2]
Pada tahun 2011, sebuah polling Internet yang diadakan oleh CNN International dan diikuti oleh 35.000 orang menempatkan Nasi Goreng pada peringkat dua dalam daftar '50 Makanan Terlezat di Dunia' setelah rendang.
Nasi adalah sebuah bagian penting dari masakan tradisional Tionghoa, menurut catatan sejarah sudah mulai ada sejak 4000 SM. Nasi goreng kemudian tersebar ke Asia Tenggara dibawa oleh perantau-perantau Tionghoa yang menetap di sana dan menciptakan nasi goreng khas lokal yang didasarkan atas perbedaan bumbu-bumbu dan cara menggoreng. Nasi goreng sebenarnya muncul dari beberapa sifat dalam kebudayaan Tionghoa, yang tidak suka mencicipi makanan dingin dan juga membuang sisa makanan beberapa hari sebelumnya. Makanya, nasi yang dingin itu kemudian digoreng untuk dihidangkan kembali di meja makan.
Source: https://en.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_goreng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar